Nurul
Wachmi Lestari
Penerima KIP Kuliah
Pogram
Studi S1 Pariwisata, Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Email : nurullestari35@gmail.com
Pandemi COVID 19
tidak hanya merugikan dan berdampak terhadap ekonomi saja, namun juga
brerdampak pada dunia pendidikan yang menyebabkan terganggunya produktivitas
pelajar salah satunya di negara kita. Dengan situasi seperti ini minat pelajar
serta mahasiswa terhadap kemampuan dan keingintahuan dalam membaca yang biasa
diterapkan ketika hendak mengerjakan sesuatu di sekolah kian tidak lagi
dilakukan.
Sistem
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dimasa sekarang belum tepat untuk pelajar maupun
mahasiswa dalam mencari informasi atau pengetahuan lebih dari apa yang biasa
diajarkan di sekolah sehingga produktivitas yang hanya dilakukan di sekolah
saja rasanya tidak cukup bagi seorang siswa dalam mengapresiasikan Sastra,
Karya Ilmiah, Filsafat dan sebagainya.
Banyaknya waktu
yang mereka habiskan di rumah terlalu lama dapat mengalihkan perhatian pelajar
dari kesadaran mereka dalam membaca, selain itu era modern yang mendukung
penggunaan Internet Browsing, Electronic Book dan lainya yang dapat diakses
oleh siapapun tanpa batas waktu ini terlihat lebih memudahkan ketimbang membawa
buku dan membacanya yang mereka pikir telalu membosankan.
Organisasi UNESCO
juga menyampaikan adanya potensi penurunan kemampuan membaca pelajar akibat
pandemi. Diproyeksi ada penambahan 20% atau 101 juta anak di dunia kesulitan
dalam membaca.
Bank Dunia
memprediksi tanpa pembenahan pendidikan selama pandemi ini, Indonesia akan
kehilangan skor PISA (Programme for International Student Assessment)
dalam kemampuan membaca, diperkirakan jika sekolah saja tutup selama empat
bulan skor akan turun sebanyak 11 poin. Semakin lama penutupan, skor akan
semakin turun yakni 16 poin begitupun seterusnya.
Belum lagi dengan
kelompok pelajar yang berlatar belakang dari keluarga yang tidak mampu yang
paling terkena dampak PJJ dengan keterbatasan mereka bahkan tidak memiliki sama
sekali akses dalam bersekolah secara daring. Anak – anak dari keluarga yang berpenghasilan
rendah kehilangan banyak waktu belajarnya
Faktor
– faktor penyebab rendahnya minat baca :
1. Kurangnya
Sarana dan Prasarana Pendidikan
Salah satu faktor
yang menyebabkan kuarangnya minat baca pada pelajar karena sarana dan prasarana
pendidikan khususnya perpustakaan belum mendapatkan prioritas dalam
penyelenggaranya serta kurang atau minimnya buku- buku yang tersedia diperpustakaan
juga menjadi salah satu faktornya
2. Kemajuan
Teknologi
Perkembangan
teknologi dan pusat informasi serta hiburan entertaiment yang lebih
dianggap menarik. Sehingga citra perpustakaan maupun membaca itu sendiri
dipandang rendah dan sudah tidak pada zaman nya, masyarakat lebih banyak
bertutur lisan dalam menceritakan cerita terdahulu daripada tulisan. Budaya
lisan inilah yang agaknya menjadi salah satu sebab lemahnya budaya membaca kita
Dampak
/ akibat rendahnya minat baca pada siswa :
1. Untuk
Diri Sendiri
Rendahnya tingkat
kemampuan membaca seorang peserta didik dapat menyebabkan kurangnya
pengetahuan, menurunya prestasi akademik dan juga menjadi buta huruf. Kurangnya
kesadaran ini sangat berpengaruh pada nilai-nilai prestasi yang diraih peserta
didik
2. Masyarakat,
Bangsa dan Negara
Apabila menurunya
minat baca seseorang maka daya saing global kita akan tertinggal dengan sesama
negara berkembang, apalagi dengan negara-negara maju lainnya. Kita juga tentu
akan tidak mampu mengatasi persoalan sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan
selama SDM kita tidak kompetitif karena hal sensitif tersebut tidak cukup di
argumentasikan hanya dengan logika nalar manusia saja.
Peran tenaga
pendidik juga sangat berpengaruh besar dalam minat baca pelajar. Guru, Dosen,
maupun para pustakawan juga bisa merubah mekanisme proses pembelajaran menjadi membaca
sebagai suatu sistem belajar sepanjang hayat.
Setiap guru maupun
dosen dapat memberi tugas-tugas seperti research dan kajian penelitian lanjut
atau pada setiap pertemuan dilakukan sistem reading drill dimana peserta didik
secara bergantian membacakan materi atau tugas yang sudah ia kerjakan.
Pustakawan biasa sebagai motivator sekaligus promotor mengajak serta peserta
didik dalam membaca dan meminjam buku di perpustakaan, sistem promosi perpustakaan
juga dilakukan secara berkala agar perpustakaan dikenal fungsi, arti,
kegunaaan, dan fasilitas yang diberikan
Kurikulum yang
saat ini sudah ada dan beberapa
diterapkan di Indonesia sebenarnya termasuk efektif dimana para siswa ditunjuk
aktif dan informatif dalam setiap pertemuan kelas, namun sangat disayangkan
kesadaran diri terkadang menghambat minat seseorang dalam membaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar