Minggu, 23 Januari 2022

Produktivitas Membaca di kalangan Pelajar Di Masa COVID 19

Nurul Wachmi Lestari

Penerima KIP Kuliah

Pogram Studi S1 Pariwisata, Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti

Email : nurullestari35@gmail.com

Pandemi COVID 19 tidak hanya merugikan dan berdampak terhadap ekonomi saja, namun juga brerdampak pada dunia pendidikan yang menyebabkan terganggunya produktivitas pelajar salah satunya di negara kita. Dengan situasi seperti ini minat pelajar serta mahasiswa terhadap kemampuan dan keingintahuan dalam membaca yang biasa diterapkan ketika hendak mengerjakan sesuatu di sekolah kian tidak lagi dilakukan.

 

Sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dimasa sekarang belum tepat untuk pelajar maupun mahasiswa dalam mencari informasi atau pengetahuan lebih dari apa yang biasa diajarkan di sekolah sehingga produktivitas yang hanya dilakukan di sekolah saja rasanya tidak cukup bagi seorang siswa dalam mengapresiasikan Sastra, Karya Ilmiah, Filsafat dan sebagainya.

 

Banyaknya waktu yang mereka habiskan di rumah terlalu lama dapat mengalihkan perhatian pelajar dari kesadaran mereka dalam membaca, selain itu era modern yang mendukung penggunaan Internet Browsing, Electronic Book dan lainya yang dapat diakses oleh siapapun tanpa batas waktu ini terlihat lebih memudahkan ketimbang membawa buku dan membacanya yang mereka pikir telalu membosankan.

 

Organisasi UNESCO juga menyampaikan adanya potensi penurunan kemampuan membaca pelajar akibat pandemi. Diproyeksi ada penambahan 20% atau 101 juta anak di dunia kesulitan dalam membaca.

 

Bank Dunia memprediksi tanpa pembenahan pendidikan selama pandemi ini, Indonesia akan kehilangan skor PISA (Programme for International Student Assessment) dalam kemampuan membaca, diperkirakan jika sekolah saja tutup selama empat bulan skor akan turun sebanyak 11 poin. Semakin lama penutupan, skor akan semakin turun yakni 16 poin begitupun seterusnya.

 

Belum lagi dengan kelompok pelajar yang berlatar belakang dari keluarga yang tidak mampu yang paling terkena dampak PJJ dengan keterbatasan mereka bahkan tidak memiliki sama sekali akses dalam bersekolah secara daring. Anak – anak dari keluarga yang berpenghasilan rendah kehilangan banyak waktu belajarnya

 

Faktor – faktor penyebab rendahnya minat baca :

 

1.      Kurangnya Sarana dan Prasarana Pendidikan

Salah satu faktor yang menyebabkan kuarangnya minat baca pada pelajar karena sarana dan prasarana pendidikan khususnya perpustakaan belum mendapatkan prioritas dalam penyelenggaranya serta kurang atau minimnya buku- buku yang tersedia diperpustakaan juga menjadi salah satu faktornya

 

2.      Kemajuan Teknologi

 

Perkembangan teknologi dan pusat informasi serta hiburan entertaiment yang lebih dianggap menarik. Sehingga citra perpustakaan maupun membaca itu sendiri dipandang rendah dan sudah tidak pada zaman nya, masyarakat lebih banyak bertutur lisan dalam menceritakan cerita terdahulu daripada tulisan. Budaya lisan inilah yang agaknya menjadi salah satu sebab lemahnya budaya membaca kita

 

Dampak / akibat rendahnya minat baca pada siswa :

 

1.      Untuk Diri Sendiri

 

Rendahnya tingkat kemampuan membaca seorang peserta didik dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan, menurunya prestasi akademik dan juga menjadi buta huruf. Kurangnya kesadaran ini sangat berpengaruh pada nilai-nilai prestasi yang diraih peserta didik

 

2.      Masyarakat, Bangsa dan Negara

 

Apabila menurunya minat baca seseorang maka daya saing global kita akan tertinggal dengan sesama negara berkembang, apalagi dengan negara-negara maju lainnya. Kita juga tentu akan tidak mampu mengatasi persoalan sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan selama SDM kita tidak kompetitif karena hal sensitif tersebut tidak cukup di argumentasikan hanya dengan logika nalar manusia saja.

 

Peran tenaga pendidik juga sangat berpengaruh besar dalam minat baca pelajar. Guru, Dosen, maupun para pustakawan juga bisa merubah mekanisme proses pembelajaran menjadi membaca sebagai suatu sistem belajar sepanjang hayat.

 

Setiap guru maupun dosen dapat memberi tugas-tugas seperti research dan kajian penelitian lanjut atau pada setiap pertemuan dilakukan sistem reading drill dimana peserta didik secara bergantian membacakan materi atau tugas yang sudah ia kerjakan. Pustakawan biasa sebagai motivator sekaligus promotor mengajak serta peserta didik dalam membaca dan meminjam buku di perpustakaan, sistem promosi perpustakaan juga dilakukan secara berkala agar perpustakaan dikenal fungsi, arti, kegunaaan, dan fasilitas yang diberikan

 

Kurikulum yang saat ini sudah ada dan  beberapa diterapkan di Indonesia sebenarnya termasuk efektif dimana para siswa ditunjuk aktif dan informatif dalam setiap pertemuan kelas, namun sangat disayangkan kesadaran diri terkadang menghambat minat seseorang dalam membaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar